Sabtu, 13 April 2013

Vivi Bertipikal Keras, Keluarga Putus Kontak Sejak Rabu


Rumah duka Vivi di Desa Tumbuan.PERI/RB
Rumah duka Vivi di Desa Tumbuan.PERI/RB

Kasus pembunuhan yang menimpa Vivi Fitriani (22), mahasiswi Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) telah membuat gempar. Mahasiswi berparas manis ini berasal dari Desa Tumbuan, Kecamatan Lubuk Sandi, Kabupaten Seluma. Berikut laporannya.


PERI HARYADI, Lubuk Sandi
 “Mana ibu? Saya mau ngomong sama ibu?,” ujar Vivi Fitriani kepada ayahnya Anuar Sanusi (53). “Ibumu lagi keluar, tidak ada di rumah. Telepon lagi saja malam nanti,” jawab sang ayah. Itulah percakapan terakhir Anuar Sanusi dengan sang putri yang terjadi pada Senin (8/4) sore.
Malam harinya, Vivi menelepon lagi dan berbicara dengan sang ibu. Perbincangan ibu dan anak malam itu menjadi perbincangan terakhir keduanya. Sebab, setelah itu Vivi tanpa kabar berita lagi, sampai kemudian pihak keluarga mendapat kabar ditemukan sosok mayat wanita pada Kamis (11/4) sore.
“Dia menelepon dan mau ngomong dengan ibunya, tapi sore itu ibunya ini lagi keluar. Barulah malamnya nelepon lagi,” cerita Anuar Sanusi mencoba tegar.  Sebelum perbincangan lewat telepon tersebut, Vivi sempat pulang ke rumahnya di Desa Tumbuan pada Minggu (7/4).
          Saat RB berkunjungan kemarin, suasana duka menyelimuti keluarga besar pasangan Anuar Sanusi (53) dan Erli Harmaini warga Desa Tumbuan Kecamatan Lubuk Sandi. Vivi merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara. Wajar bila keluarga begitu kehilangan.
 Namun walaupun dirundung duka, wajah tua orang tua korban tampak berusaha tegar menghadapi musibah yang tidak disangka-sangka. Termasuk kakak korban, tampak berusaha tetap tersenyum saat menyambut kedatangan RB dan bercerita kepada wartawan Koran ini.
 Kepada RB keluarga korba menceritakan, tidak menyangka ada orang yang tega menghabisi nyawa anaknya dengan cara yang tidak manusiawi. Keluarga korban pun yakin, bahwa pelakunya lebih dari satu orang.
 Kepada RB keluarga korban bertutur, bahwa korban walaupun seorang perempuan, tapi menguasai beladiri karena pernah belajar karate. Sehingga dipastikan jika hanya satu orang, anaknya akan mampu melawannya.
 “Saya menyakini pelakunya lebih dari satu, karena anak saya itu bisa beladiri. Selain itu, dia ini termasuk keras jika ada yang mau bertindak yang macam-macam,” tutur Anuar Sanusi, ayah korban.
 Sementara itu, diceritakan oleh kakak kandung korban, Tipar San Nopian (24), pihak keluarga mulai mengetahui tidak ada kabar dari korban pada hari Rabu (10/4) sore. Lantaran salah satu keluarga di Kota Bengkulu, menanyakan dan menyampaikan kalau korban tidak ada telepon dan SMS, demikian sebaliknya handphone korban dihubungi tidak aktif dan SMS tidak dibalas. “Padahal vivi (sapaan akrab adiknya) setiap hari itu pasti ada telepon dan SMS dengan keluarga di Bengkulu,” terangnya.
 Akhirnya pihak keluarga pun langsung ke Bengkulu untuk menemui. Tapi tiba dikosan korban, ternyata terkunci. Beruntung ada kunci serap, tapi setelah pintu kosan dibuka korban juga tidak ada. Kemudian sejumlah teman korban dihubungi, termasuk salah satu teman korban yang biasa dipanggil Febri.
 “Febri saat dihubungi itu mengaku lagi di jalan berangkat ke Padang Sumatera Barat. Alasannya karena disuruh ayahnya untuk menjemput ibunya di Padang. Saat itu dia naik travel dan saya minta dia harus balik ke Bengkulu, karena lagi sangat dibutuhkan untuk mencari adik saya,” ujarnya.
 Ia berusaha keras agar Febri kembali ke Bengkulu. Ini setelah pihaknya sempat menemui dan minta tolong orang pintar atau paranormal baik yang ada didusun ataupun yang di Kota Bengkulu, untuk menerawang dimana keberadaan adiknya dan siapa yang terakhir bersama adiknya.
 “Nah dari terawangan itu diketahuilah Febri yang terakhir bersama adik saya. Bukan hanya satu orang pintar yang mengatakan itu, beberapa yang lain juga mengatakan yang sama. Mereka menyarankan agar kami mengawasi Febri ini, makanya saya bersikeras dia harus pulang ke Bengkulu karena dihubungi ngaku lagi mau ke Padang,” bebernya.
 Akhirnya upaya agar Febri pulang ke Bengkulu berhasil. Kakak korban ini mendatangi kantor travel yang dinaikinya, dan meminta menurunkan Febri di Kepahiang. Setiba di Bengkulu, Febri pun langsung diajak berkeliling mencari korban. Tapi Febri mengaku tidak mengetahui dimana korban, sejumlah kemungkinan disebutkan hingga keliling ke Unib belakang.
 Febri bercerita saat ditanya, bahwa ia terakhir ketemu korban hari Selasa (9/4) sore. Saat itu siangnya korban menelepon Febri untuk bisa menemaninya menjual HP. Selanjutnya setelah dijemput akhirnya sempat jalan-jalan ke Pantai Panjang. “Kata Febri disini adek saya sempat berteriak seperti ada beban berat dan kemudian pulang. Tapi Febri mengaku ia tidak mengantar sampai kekosan, karena adik saya yang meminta dan diturunkan dipersimpangan jalan menuju ke kosan. Seperti itu cerita dia,” tambahnya.
 Menurutnya, Febri pernah main sekali ke rumah korban dibawa korban, tapi sudah lama. Febri setahu keluarga, merupakan kawan korban yang dulu juga kuliah di UMB. Tapi berhenti disemester tiga karena ada masalah. “Dia itu kawan adik saya dan pernah kuliah tapi berhenti sudah itu,” sebutnya.
 Keluarga korban sangat berharap, polisi segera mengungkap pelaku pembunuhann terhadap korban dan ditangkap. Karena pihak keluarga ingin mengetahui mengapa, motif pelaku sampai hati berbuat demikian. Dan berharap dijatuhi hukuman yang sama apa yang dialami korban.
 “Kami minta hukuman setimpal pada pelaku, harus seperti bagaimana mereka memperlakukan adik kami. Biar kami puas, biar dia merasakan apa yang dialami adek kami dan apa yang dirasakan keluarga kami,” tegasnya seraya berusaha menahan tetes air matanya.
 Bagaimana korban kesehariannya? Menurut kakak korban ini, adiknya ini termasuk adik yang cerewet dan disiplin. Adiknya ini juga orang yang suka bersih, dan dipastikan ia akan tidak suka jika melihat rumah kotor. “Saya terakhir ketemu hari Minggu saat Vivi pulang kerumah. Waktu itu belum sempat ngobrol, hanya ketemu saja dan dia cengar cengir tersenyum saat itu pas melihat saya. Karena pas pulang hari minggu juga, Vivi tidak lama terus balik ke Bengkulu lagi. Vivi ini orangnya bersih, dia paling tidak suka lihat kotor atau berantakan, pasti ngomel kalau misalnya melihat rumah kotor,” tukasnya.
 Korban pun sudah dimakamkan pihak keluarga Jumat (12/4) sekitar puku 09.30 WIB di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Tumbuan. Dirumah duka juga digelar pengajian selama tiga malam berturut-turut. (hue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar