Kasus pembunuhan yang menimpa Vivi
Fitriani (22), mahasiswi Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia Universitas
Muhammadiyah Bengkulu (UMB) telah membuat gempar. Mahasiswi berparas
manis ini berasal dari Desa Tumbuan, Kecamatan Lubuk Sandi, Kabupaten
Seluma. Berikut laporannya.
PERI HARYADI, Lubuk Sandi
“Mana ibu? Saya mau ngomong sama ibu?,”
ujar Vivi Fitriani kepada ayahnya Anuar Sanusi (53). “Ibumu lagi
keluar, tidak ada di rumah. Telepon lagi saja malam nanti,” jawab sang
ayah. Itulah percakapan terakhir Anuar Sanusi dengan sang putri yang
terjadi pada Senin (8/4) sore.
Malam harinya, Vivi menelepon lagi dan
berbicara dengan sang ibu. Perbincangan ibu dan anak malam itu menjadi
perbincangan terakhir keduanya. Sebab, setelah itu Vivi tanpa kabar
berita lagi, sampai kemudian pihak keluarga mendapat kabar ditemukan
sosok mayat wanita pada Kamis (11/4) sore.
“Dia menelepon dan mau ngomong dengan
ibunya, tapi sore itu ibunya ini lagi keluar. Barulah malamnya nelepon
lagi,” cerita Anuar Sanusi mencoba tegar. Sebelum perbincangan lewat
telepon tersebut, Vivi sempat pulang ke rumahnya di Desa Tumbuan pada
Minggu (7/4).
Saat RB berkunjungan kemarin,
suasana duka menyelimuti keluarga besar pasangan Anuar Sanusi (53) dan
Erli Harmaini warga Desa Tumbuan Kecamatan Lubuk Sandi. Vivi merupakan
anak ketiga dari 4 bersaudara. Wajar bila keluarga begitu kehilangan.
Namun walaupun dirundung duka, wajah
tua orang tua korban tampak berusaha tegar menghadapi musibah yang tidak
disangka-sangka. Termasuk kakak korban, tampak berusaha tetap tersenyum
saat menyambut kedatangan RB dan bercerita kepada wartawan Koran ini.
Kepada RB keluarga korba menceritakan,
tidak menyangka ada orang yang tega menghabisi nyawa anaknya dengan cara
yang tidak manusiawi. Keluarga korban pun yakin, bahwa pelakunya lebih
dari satu orang.
Kepada RB keluarga korban bertutur,
bahwa korban walaupun seorang perempuan, tapi menguasai beladiri karena
pernah belajar karate. Sehingga dipastikan jika hanya satu orang,
anaknya akan mampu melawannya.
“Saya menyakini pelakunya lebih dari
satu, karena anak saya itu bisa beladiri. Selain itu, dia ini termasuk
keras jika ada yang mau bertindak yang macam-macam,” tutur Anuar Sanusi,
ayah korban.
Sementara itu, diceritakan oleh kakak
kandung korban, Tipar San Nopian (24), pihak keluarga mulai mengetahui
tidak ada kabar dari korban pada hari Rabu (10/4) sore. Lantaran salah
satu keluarga di Kota Bengkulu, menanyakan dan menyampaikan kalau korban
tidak ada telepon dan SMS, demikian sebaliknya handphone korban
dihubungi tidak aktif dan SMS tidak dibalas. “Padahal vivi (sapaan akrab
adiknya) setiap hari itu pasti ada telepon dan SMS dengan keluarga di
Bengkulu,” terangnya.
Akhirnya pihak keluarga pun langsung ke
Bengkulu untuk menemui. Tapi tiba dikosan korban, ternyata terkunci.
Beruntung ada kunci serap, tapi setelah pintu kosan dibuka korban juga
tidak ada. Kemudian sejumlah teman korban dihubungi, termasuk salah satu
teman korban yang biasa dipanggil Febri.
“Febri saat dihubungi itu mengaku lagi
di jalan berangkat ke Padang Sumatera Barat. Alasannya karena disuruh
ayahnya untuk menjemput ibunya di Padang. Saat itu dia naik travel dan
saya minta dia harus balik ke Bengkulu, karena lagi sangat dibutuhkan
untuk mencari adik saya,” ujarnya.
Ia berusaha keras agar Febri kembali ke
Bengkulu. Ini setelah pihaknya sempat menemui dan minta tolong orang
pintar atau paranormal baik yang ada didusun ataupun yang di Kota
Bengkulu, untuk menerawang dimana keberadaan adiknya dan siapa yang
terakhir bersama adiknya.
“Nah dari terawangan itu diketahuilah
Febri yang terakhir bersama adik saya. Bukan hanya satu orang pintar
yang mengatakan itu, beberapa yang lain juga mengatakan yang sama.
Mereka menyarankan agar kami mengawasi Febri ini, makanya saya
bersikeras dia harus pulang ke Bengkulu karena dihubungi ngaku lagi mau
ke Padang,” bebernya.
Akhirnya upaya agar Febri pulang ke
Bengkulu berhasil. Kakak korban ini mendatangi kantor travel yang
dinaikinya, dan meminta menurunkan Febri di Kepahiang. Setiba di
Bengkulu, Febri pun langsung diajak berkeliling mencari korban. Tapi
Febri mengaku tidak mengetahui dimana korban, sejumlah kemungkinan
disebutkan hingga keliling ke Unib belakang.
Febri bercerita saat ditanya, bahwa ia
terakhir ketemu korban hari Selasa (9/4) sore. Saat itu siangnya korban
menelepon Febri untuk bisa menemaninya menjual HP. Selanjutnya setelah
dijemput akhirnya sempat jalan-jalan ke Pantai Panjang. “Kata Febri
disini adek saya sempat berteriak seperti ada beban berat dan kemudian
pulang. Tapi Febri mengaku ia tidak mengantar sampai kekosan, karena
adik saya yang meminta dan diturunkan dipersimpangan jalan menuju ke
kosan. Seperti itu cerita dia,” tambahnya.
Menurutnya, Febri pernah main sekali ke
rumah korban dibawa korban, tapi sudah lama. Febri setahu keluarga,
merupakan kawan korban yang dulu juga kuliah di UMB. Tapi berhenti
disemester tiga karena ada masalah. “Dia itu kawan adik saya dan pernah
kuliah tapi berhenti sudah itu,” sebutnya.
Keluarga korban sangat berharap, polisi
segera mengungkap pelaku pembunuhann terhadap korban dan ditangkap.
Karena pihak keluarga ingin mengetahui mengapa, motif pelaku sampai hati
berbuat demikian. Dan berharap dijatuhi hukuman yang sama apa yang
dialami korban.
“Kami minta hukuman setimpal pada
pelaku, harus seperti bagaimana mereka memperlakukan adik kami. Biar
kami puas, biar dia merasakan apa yang dialami adek kami dan apa yang
dirasakan keluarga kami,” tegasnya seraya berusaha menahan tetes air
matanya.
Bagaimana korban kesehariannya? Menurut
kakak korban ini, adiknya ini termasuk adik yang cerewet dan disiplin.
Adiknya ini juga orang yang suka bersih, dan dipastikan ia akan tidak
suka jika melihat rumah kotor. “Saya terakhir ketemu hari Minggu saat
Vivi pulang kerumah. Waktu itu belum sempat ngobrol, hanya ketemu saja
dan dia cengar cengir tersenyum saat itu pas melihat saya. Karena pas
pulang hari minggu juga, Vivi tidak lama terus balik ke Bengkulu lagi.
Vivi ini orangnya bersih, dia paling tidak suka lihat kotor atau
berantakan, pasti ngomel kalau misalnya melihat rumah kotor,” tukasnya.
Korban pun sudah dimakamkan pihak
keluarga Jumat (12/4) sekitar puku 09.30 WIB di tempat pemakaman umum
(TPU) Desa Tumbuan. Dirumah duka juga digelar pengajian selama tiga
malam berturut-turut. (hue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar